Blog

  • Surga yang Hilang: Pengakuan seorang Penerjemah Murtad

    Pekerjaan Terbersih Kedua di Republik Uni Soviet Ibu ingin saya jadi seorang dokter. Kalau bukan dokter, ya, penerjemah sastra. Ia lalu mulai bicara tentang masa depan saya dan berujar yakin bahwa di negara kami hanya ada dua bidang pekerjaan yang “bersih”: pertama, kedokteran; kedua, penerjemahan sastra. Ia tak menjelaskannya lebih terperinci, jadi saya anggap itu…

  • Jejak Langkah “Boycott” ke “Boikot”

    “Ada satu kata yang menggangguku.” “Apa itu?” tanya Bapa John. “Begini,” kataku, “saat masyarakat mengucilkan seorang pencaplok-lahan kita menyebutnya dengan istilah eks-komunikasi sosial, tapi kita harusnya punya sebuah kata yang sama-sekali berbeda untuk mengacu pada ostrasisme (pengucilan) yang ditimpakan pada seorang tuantanah atau agentanah seperti si Boycott itu. Ostrasisme bukan istilah bagus – para petani…

  • The Lord Is My Shepherd, and I Am His Piglet

    Pengantar: Sabtu, 18 Maret 2017, yang lalu saya berkesempatan untuk menghadiri Konferensi Internasional Ke-10 Universitas Kristen Satya Wacana yang bertajuk “Revisiting English Language Teaching, Literature, and Translation in the Borderless World: My World, Your World, Whose World?” di Salatiga, Jawa Tengah. Di situ, sebagai Ketua Himpunan Penerjemah Indonesia Komda DIY-Jateng, saya diberi satu sesi untuk…